Banyumudal, hmm nama apa sih ???
Banyumudal menurut ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia (wikipedia) adalah desa di kecamatan Moga, Pemalang, Jawa Tengah, Indonesia.
Mayoritas masyarakat Banyumudal adalah pedagang, meski pun begitu banyak warga Banyumudal yang mengadu nasib dengan pergi merantau keluar kota atau bahkan keluar negeri.
Desa Banyumudal terletak sekitar 45 Km dari pusat kota pemerintahan kabupaten Pemalang, disini hawa sejuk masih terasa karena memang terletak didaerah dataran tinggi.
Singkat cerita admin mengagumi akan keberagaman desa yang jikalau pagi hari masih terasa sejuk ini. Banyak tempat wisata seperti Cempaka Wulung, Pemandian Moga, Curug Sibedil, Pabrik dan Perkebunan Teh yang sewaktu-waktu bisa dijadikan tempat untuk melepas penat atau sekedar untuk mencari inspirasi untuk membuat sebuat artikel dalam blog ini.
Dan pada postingan kali ini admin sangat tertarik untuk menyajikan artikel mengenai asal usul nama desa Banyumudal ini. Admin memang mempunyai tanda tanya besar tentang asal usul desa Banyumudal ini, kok bisa dinamakan Banyumudal, bukan Banyumetu saja ? he he he
Lantas singkat kata saya pun mulai mencari informasi dan berkunjung ke blog-shinta-missclouds, disana dipaparkan sebuah cerita yang kurang lebih seperti ini ;
Zaman dahulu kala ada sebuah tempat yang jauh dari keramaian kota Pemalang. Di situ terdapat seorang wanita cantik, baik hatinya, santun dan suka menolong ia bernama Rara Juminten. Hidupnya serba kecukupan dan tak pernah kekurangan air walaupun sedang berada pada musim kemarau panjang sekali pun.
Pada suatu hari, datanglah sekelompok orang ke tempat Rara Juminten tinggal. Dengan senang hati Rara Juminten menerima kedatangan mereka. Seorang diantara mereka berkata, "Selamat siang Rara Juminten, tolong bantulah kami, pada musim kemarau seperti ini kami selalu kekurangan air, bahkan akhirnya panen kami gagal karena kekeringan". "Saya akan mencoba membantu, namun saya tidak berani menjanjikan apa pun, manusia boleh berusaha, namun hanya Tuhan yang menentukan," kata Rara Juminten.
Kemudian Rara Juminten bersemedi selama 3 hari dipertapaan daerah bukit yang jauh dari keramaian, dalam semedinya ia bertemu dengan Dewi Ratna Sari dan mengatakan, "sekelompok orang itu bisa memperoleh air dengan 3 syarat yaitu, dengan mengorbankan jejaka muda, menyediakan rujak pala, dan mengorbankan gadis yang masih suci." Namun Rara Juminten menawarnya, "Bolehkah syarat itu kami ganti dengan kepala kerbau, bubur sum-sum, dan ayam yang masih dara". "Ya, baiklah, laksanakan pada tempat yang telah ditentukan, dan jangan lupa sediakan minuman berupa kopi, teh, air kelapa, juga rokok serta kemenyan," kata Dewi Rantam Sari.
Lalu Rara Juminten dan warga mempersiapkan. Rara Juminten berkata "Kami mohon bapak-bapak membuat bambu yang runcing untuk menggranggang,". "Baik Rara," kata mereka. "Silahkan warga yang lain membawa perlengkapan sesaji dan mengikuti saya," kata Rara Juminten. Mereka menuju ke suatu tempat dan memendam kepala kerbau lalu menancapi bambu di sekeliling sesaji. Setelah selesai, salah seorang dari mereka berkata, "Mari kita tinggalkan tempat ini," Rara Juminten hanya berdiam diri dan berharap supaya ada air yang muncul.
Perlahan-lahan sumber air keluar dari tempat sesaji tadi dan semakin banyak. Melihat ada aliran air yang semakin deras, ada seorang warga yang langsung berlari kearah tempat sesaji " Wah ada air. Hey kemarilah disini banyak sekali air yang keluar!! Ayo cepatlah kalian semua kesini dan melihat ini semua!!". Kemudian warga desa yang mendengar teriakan bahwa ada air yang banyak mereka langsung pergi ketempat sesaji, "Wah benar ada air!! kita tidak akan kekeringan lagi. Terimakasih Rara, kau telah membantu kami semua, tanpa bantuanmu air ini tidak akan muncul. Kami semua sangat berterimakasih padamu," kata seorang warga.
"Saudara-saudaraku, ini semua berkat Tuhan. Kita harus bersyukur atas semua kejadian ini, berkat-Nya lah air ini bisa muncul disini," kata Rara. "Baik, baik, terima kasih atas nasehatmu Rara Juminten," kata salah seorang warga.
Ternyata air tadi mengalir kemana-mana dan sepanjang tempat mengalirnya air tersebut membentuk sebuah sungai dan warga menyebutnya Sungai Granggang, sungai itu ternyata mengalir semakin ke utara hingga sampai pada tempat wisata yang bernama Cempaka Wulung. Dan orang Jawa yang melihat air yang memancar dari tempat sesaji tadi menyebutnya mudal-mudal, maka oleh warga daerah itu dinamai Banyumudal, yang berada di Kabupaten Pemalang tepatnya di Kecamatan Moga.
Rasa penasaran saya terjawab sudah, Banyumudal adalah air yang keluar dari mata air dengan meluap-luap (b. jawa : mudal-mudal) walau pun agak enggak enak dilihat dari historis penamaannya namun desa ini tetaplah mempunyai nilai histori tersendiri bagi saya.
Lalu bagaimana dengan daerah anda ?
Sudahkah anda tahu, makna dari tempat dimana anda tinggal sekarang ?